Jangan pernah menyerah


Sahabat Gang fals terkadang dalam hidup ini apa yang kita inginkan tidak selalu sejalan dengan apa yang kita lihat. Terkadang bahkan teramat sering harapan dan impian tak seindah kenyataan. Manusia memang hanya bisa berencana, namun Tuhanlah yang menentukan segalanya. "Man purposes, God disposes"

“Kataballohu maqoodiirol kholaaiqo qobla ayyakhluqossamaawaati wal ardho bi khomsiina alfa sanatin. (Allah telah menulis qodar-qodar nya makhluk limapuluh ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi – H.R. Muslim
dalam Kitabul Qodar)”

read more...

Kode warna HTML








































































































































































































Kode warna yang terpilih :

Get it



read more...

BERCERMIN DIRI


Oleh : Aa’ Gym

Tatkala kudatangi sebuah cermin
Tampak sesosok yang sangat lama kukenal dan sangat sering kulihat
Namun aneh sesungguhnya aku belum mengenal…….siapa yang kulihat

Tatkala kutatap wajah, hatiku bertanya?
apakah wajah ini wajah yang kelak akan bercahaya,
bersinar indah di surga sana,

ataukah wajah ini yang akan hangus legam di neraka jahanam.

Tatkala kutatap mata, nanar hatiku bertanya?
Mata inikah yang akan menatap penuh kelezatan dan kerinduan
Menatap Allah, menatap Rasulullah,
menatap kekasih-kekasih Allah kelak
Ataukah mata ini yang akan terbeliak, melotot,
menganga terburai menatap neraka jahanam
Apakah mata terlihat maksiat ini akan menyelamatkan?
Wahai mata apa gerang yang kau tatap selama ini

Tatkala kutatap mulut, apakah mulut ini
yang kelak akan mendesah penuh kerinduan
Mengucap Laailaahaillallah saat malaikat maut
datang menjemput, ataukah menjadi mulut menganga
dengan lidah menjulur dengan lengking jeritan pilu
yang akan mencopot sendi-sendi setiap pendengar

Ataukah mulut ini menjadi pemakan buah zakum jahanam
Yang getir penghangus, penghancur setiap usus
Apakah gerangan yang engkau ucapkan wahai mulut yang malang?
berapa banyak dusta yang engkau ucapkan

Berapa banyak hati-hati yang remuk
Dengan pisau kata-katamu yang mengiris tajam
Berapa banyak kata-kata manis semanis madu yang palsu
yang engkau ucapkan untuk menipu
berapa jarang engkau jujur
betapa langkanya engkau menyebut
nama Tuhanmu dengan tulus
betapa jarangnya engkau syahdu
memohon agar Tuhanmu mengampuni

Tatkala kutatap tubuhku
Apakah tubuh ini yang kelak akan penuh cahaya,
bersinar, bersukacita, bercengkrama di surga
atau tubuh yang akan tercabi-cabik hancur
mendidih di dalam lahar membara jahanam
terpasang tanpa ampun derita yang takkan pernah berakhir
wahai tubuh berapa banyak maksiat yang engkau lakukan?
berapa banyak orang-orang yang engkau dzolimi dengan tubuhmu ?
Berapa banyak hambamu, hamba-hamba Allah yang lemah yang engkau tindas dengan kekuatanmu?
berapa banyak perindu pertolongan
yang engkau acuhkan tanpa peduli padahal engkau mampu
berapa banyak hak-hak yang engkau rampas

Ketika kutatap hai tubuh
Seperti apa gerangan isi hatimu
Apakah isi hatimu sebagus kata-katamu
atau sebagus daki-daki yang melekat ditubuhmu
apakah hatimu segagah ototmu
atau selemah daun-daun yang mudah rontok
apakah hatimu seindah penampilanmu
ataukah sebusuk kotoran-kotoranmu
….. betapa beda …..….. betapa beda …..

Apa yang tampak dicermin dengan apa yang tersembunyi
….. betapa beda …..
….. betapa beda …..
apa yang tampak dicermin
Dan apa yang tersembunyi betapa aku telah tertipu
aku tertipu oleh topeng,
betapa yang kulihat selama ini hanya topeng
hanyalah topeng belaka,
betapa pujian yang terhambur hanyalah memuji topeng
betapa yang indah ternyata hanyalah topeng
sedangkan aku…..
hanyalah seonggok sampah busuk yang terbungkus,

aku tertipu,
aku malu ya Allah…..
aku tertipu
Allah…..Allah selamatkan aku.
Amin ya Robbal Aalamiin…..


read more...

Ketakutan anak katak


Ada kegundahan tersendiri yang dirasakan seekor anak katak ketika langit tiba-tiba gelap. “Bu, apa kita akan binasa. Kenapa langit tiba-tiba gelap?” ucap anak katak sambil merangkul erat lengan induknya. Sang ibu menyambut rangkulan itu dengan belaian lembut.

“Anakku,” ucap sang induk kemudian. “Itu bukan pertanda kebinasaan kita. Justru, itu tanda baik.” jelas induk katak sambil terus membelai. Dan anak katak itu pun mulai tenang.

Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Tiba-tiba angin bertiup kencang. Daun dan tangkai kering yang berserakan mulai berterbangan. Pepohonan meliuk-liuk dipermainkan angin. Lagi-lagi, suatu pemandangan menakutkan buat si katak kecil. “Ibu, itu apa lagi? Apa itu yang kita tunggu-tunggu?” tanya si anak katak sambil bersembunyi di balik tubuh induknya.

“Anakku. Itu cuma angin,” ucap sang induk tak terpengaruh keadaan. “Itu juga pertanda kalau yang kita tunggu pasti datang!” tambahnya begitu menenangkan. Dan anak katak itu pun mulai tenang. Ia mulai menikmati tiupan angin kencang yang tampak menakutkan.

“Blarrr!!!” suara petir menyambar-nyambar. Kilatan cahaya putih pun kian menjadikan suasana begitu menakutkan. Kali ini, si anak katak tak lagi bisa bilang apa-apa. Ia bukan saja merangkul dan sembunyi di balik tubuh induknya. Tapi juga gemetar. “Buuu, aku sangat takut. Takut sekali!” ucapnya sambil terus memejamkan mata.

“Sabar, anakku!” ucapnya sambil terus membelai. “Itu cuma petir. Itu tanda ketiga kalau yang kita tunggu tak lama lagi datang! Keluarlah. Pandangi tanda-tanda yang tampak menakutkan itu. Bersyukurlah, karena hujan tak lama lagi datang,” ungkap sang induk katak begitu tenang.

Anak katak itu mulai keluar dari balik tubuh induknya. Ia mencoba mendongak, memandangi langit yang hitam, angin yang meliuk-liukkan dahan, dan sambaran petir yang begitu menyilaukan. Tiba-tiba, ia berteriak kencang, “Ibu, hujan datang. Hujan datang! Horeeee!”


**

Anugerah hidup kadang tampil melalui rute yang tidak diinginkan. Ia tidak datang diiringi dengan tiupan seruling merdu. Tidak diantar oleh dayang-dayang nan rupawan. Tidak disegarkan dengan wewangian harum.

Saat itulah, tidak sedikit manusia yang akhirnya dipermainkan keadaan. Persis seperti anak katak yang takut cuma karena langit hitam, angin yang bertiup kencang, dan kilatan petir yang menyilaukan. Padahal, itulah sebenarnya tanda-tanda hujan.

Benar apa yang diucapkan induk katak: jangan takut melangkah, jangan sembunyi dari kenyataan, sabar dan hadapi. Karena hujan yang ditunggu akan datang. Bersama kesukaran ada kemudahan. Sekali lagi, bersama kesukaran ada kemudahan.

read more...

Sebuah Pelita buat si buta


Pada suatu malam, seorang buta berpamitan pulang dari rumah sahabatnya. Sang sahabat membekalinya dengan sebuah lentera pelita. Orang buta itu terbahak berkata: “Buat apa saya bawa pelita? Kan sama saja buat saya! Saya bisa pulang kok.”

Dengan lembut sahabatnya menjawab, “Ini agar orang lain bisa melihat kamu, biar mereka tidak menabrakmu.” Akhirnya orang buta itu setuju untuk membawa pelita tersebut. Tak berapa lama, dalam perjalanan, seorang pejalan menabrak si buta. Dalam kagetnya, ia mengomel, “Hei, kamu kan punya mata! Beri jalan buat orang buta dong!” Tanpa berbalas sapa, mereka pun saling berlalu.

Lebih lanjut, seorang pejalan lainnya menabrak si buta. Kali ini si buta bertambah marah, “Apa kamu buta? Tidak bisa lihat ya? Aku bawa pelita ini supaya kamu bisa lihat!” Pejalan itu menukas, “Kamu yang buta! Apa kamu tidak lihat, pelitamu sudah padam!” Si buta tertegun.. Menyadari situasi itu, penabraknya meminta maaf, “Oh, maaf, sayalah yang ‘buta’, saya tidak melihat bahwa Anda adalah orang buta.” Si buta tersipu menjawab, “Tidak apa-apa, maafkan saya juga atas kata-kata kasar saya.” Dengan tulus, si penabrak membantu menyalakan kembali pelita yang dibawa si buta. Mereka pun melanjutkan perjalanan masing-masing.

Dalam perjalanan selanjutnya, ada lagi pejalan yang menabrak orang buta kita. Kali ini, si buta lebih berhati-hati, dia bertanya dengan santun, “Maaf, apakah pelita saya padam?” Penabraknya menjawab, “Lho, saya justru mau menanyakan hal yang sama.” Senyap sejenak. secara berbarengan mereka bertanya, “Apakah Anda orang buta?” Secara serempak pun mereka menjawab, “Iya.,” sembari meledak dalam tawa. Mereka pun berupaya saling membantu menemukan kembali pelita mereka yang berjatuhan sehabis bertabrakan.

Pada waktu itu juga, seseorang lewat. Dalam keremangan malam, nyaris saja ia menubruk kedua orang yang sedang mencari-cari pelita tersebut. Ia pun berlalu, tanpa mengetahui bahwa mereka adalah orang buta. Timbul pikiran dalam benak orang ini, “Rasanya saya perlu membawa pelita juga, jadi saya bisa melihat jalan dengan lebih baik, orang lain juga bisa ikut melihat jalan mereka.”

Pelita melambangkan terang kebijaksanaan. Membawa pelita berarti menjalankan kebijaksanaan dalam hidup. Pelita, sama halnya dengan kebijaksanaan, melindungi kita dan pihak lain dari berbagai aral rintangan (tabrakan!).

REFLEKSI

Sibuta pertama mewakili mereka yang terselubungi kegelapan batin, keangkuhan, kebebalan, ego, dan kemarahan. Selalu menunjuk ke arah orang lain, tidak sadar bahwa lebih banyak jarinya yang menunjuk ke arah dirinya sendiri. Dalam perjalanan “pulang”, ia belajar menjadi bijak melalui peristiwa demi peristiwa yang dialaminya. Ia menjadi lebih rendah hati karena menyadari kebutaannya dan dengan adanya belas kasih dari pihak lain. Ia
juga belajar menjadi pemaaf.

Penabrak pertama mewakili orang-orang pada umumnya, yang kurang kesadaran, yang kurang peduli. Kadang, mereka memilih untuk “membuta” walaupun mereka bisa melihat.

Penabrak kedua mewakili mereka yang seolah bertentangan dengan kita, yang sebetulnya menunjukkan kekeliruan kita, sengaja atau tidak sengaja. Mereka bisa menjadi guru-guru terbaik kita. Tak seorang pun yang mau jadi buta, sudah selayaknya kita saling memaklumi dan saling membantu.

Orang buta kedua mewakili mereka yang sama-sama gelap batin dengan kita. Betapa sulitnya menyalakan pelita kalau kita bahkan tidak bisa melihat pelitanya. Orang buta sulit menuntun orang buta lainnya. Itulah pentingnya untuk terus belajar agar kita menjadi makin melek, semakin bijaksana.

Orang terakhir yang lewat mewakili mereka yang cukup sadar akan pentingnya memiliki pelita kebijaksanaan.

-

Sudahkah kita sulut pelita dalam diri kita masing-masing? Jika sudah, apakah nyalanya masih terang, atau bahkan nyaris padam? JADILAH PELITA, bagi diri kita sendiri dan sekitar kita.

Sebuah pepatah berusia 25 abad mengatakan: Sejuta pelita dapat dinyalakan dari sebuah pelita, dan nyala pelita pertama tidak akan meredup. Pelita kebijaksanaan pun, tak kan pernah habis terbagi.

Bila mata tanpa penghalang, hasilnya adalah penglihatan. Jika telinga tanpa penghalang, hasilnya adalah pendengaran. Hidung yang tanpa penghalang membuahkan penciuman. Pikiran yang tanpa penghalang hasilnya adalah kebijaksanaan.

read more...

Kisah sebuah jam


Alkisah, seorang pembuat jam tangan berkata kepada jam yang sedang dibuatnya. “Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetak paling tidak 31,104,000 kali selama setahun?” “Ha?,” kata jam terperanjat, “Mana sanggup saya?”

“Bagaimana kalau 86,400 kali dalam sehari?” “Delapan puluh enam ribu empat ratus kali? Dengan jarum yang ramping-ramping seperti ini?” jawab jam penuh keraguan.

“Bagaimana kalau 3,600 kali dalam satu jam?” “Dalam satu jam harus berdetak 3,600 kali? Banyak sekali itu” tetap saja jam ragu-ragu dengan kemampuan dirinya.

Tukang jam itu dengan penuh kesabaran kemudian bicara kepada si jam. “Kalau begitu, sanggupkah kamu berdetak satu kali setiap detik?” “Naaaa, kalau begitu, aku sanggup!” kata jam dengan penuh antusias.

Maka, setelah selesai dibuat, jam itu berdetak satu kali setiap detik. Tanpa terasa, detik demi detik terus berlalu dan jam itu sungguh luar biasa karena ternyata selama satu tahun penuh dia telah berdetak tanpa henti. Dan itu berarti ia telah berdetak sebanyak 31,104,000 kali.

Renungan :
Ada kalanya kita ragu-ragu dengan segala tugas pekerjaan yang begitu terasa berat. Namun sebenarnya kalau kita sudah menjalankannya, kita ternyata mampu. Bahkan yang semula kita anggap impossible untuk dilakukan sekalipun. Itu tergantung bagaimana kita menyiasati pekerjaan dan tugas kita, bila kita bisa bagi2 menjadi fragmen-fragmen yang kecil.

Jangan berkata “tidak” sebelum Anda pernah mencobanya.

read more...

Perangkap Tikus


Sepasang suami dan istri petani pulang kerumah setelah berbelanja.
Ketika mereka membuka barang belanjaan, seekor tikus memperhatikan
dengan seksama sambil menggumam “hmmm…makanan apa lagi yang dibawa
mereka dari pasar??”

Ternyata, salah satu yang dibeli oleh petani ini adalah Perangkap
Tikus. Sang tikus kaget bukan kepalang. Ia segera berlari menuju
kandang dan berteriak ” Ada Perangkap Tikus di rumah….di rumah
sekarang ada perangkap tikus….”

Ia mendatangi ayam dan berteriak ” ada perangkat tikus” Sang Ayam
berkata ” Tuan Tikus…, Aku turut bersedih, tapi itu tidak
berpengaruh terhadap diriku”

Sang Tikus lalu pergi menemui seekor Kambing sambil berteriak. Sang
Kambing pun berkata ” Aku turut ber simpati…tapi tidak ada yang
bisa aku lakukan”

Tikus lalu menemui Sapi. Ia mendapat jawaban sama. ” Maafkan aku.
Tapi perangkap tikus tidak berbahaya buat aku sama sekali”
Ia lalu lari ke hutan dan bertemu Ular. Sang ular berkata, ”
Ahhh…Perangkap Tikus yang kecil tidak akan mencelakai aku”

Akhirnya Sang Tikus kembali kerumah dengan pasrah mengetahui kalau
ia akan menghadapi bahaya sendiri.

Suatu malam, pemilik rumah terbangun mendengar suara keras perangkap
tikusnya berbunyi menandakan telah memakan korban. Ketika melihat
perangkap tikusnya, ternyata seekor ular berbisa. Buntut ular yang
terperangkap membuat ular semakin ganas dan menyerang istri pemilik
rumah. Walaupun sang Suami sempat membunuh ular berbisa tersebut,
sang istri tidak sempat diselamatkan.

Sang suami harus membawa istrinya kerumah sakit dan kemudian
istrinya sudah boleh pulang namun beberapa hari kemudian istrinya tetap
demam.Ia lalu minta dibuatkan sop ceker ayam oleh suaminya. (kita
semua tau, sop ceker ayam sangat bermanfaat buat mengurangi demam)
Suaminya dengan segera menyembelih ayamnya untuk dimasak cekernya.

Beberapa hari kemudian sakitnya tidak kunjung reda. Seorang teman
menyarankan untuk makan hati kambing. Ia lalu menyembelih kambingnya
untuk mengambil hatinya. Masih, istrinya tidak sembuh-sembuh dan
akhirnya meninggal dunia. Banyak sekali orang datang pada saat
pemakaman. Sehingga sang Petani harus menyembelih sapinya untuk
memberi makan orang-orang yang melayat.

Dari kejauhan…Sang Tikus menatap dengan penuh kesedihan. Beberapa
hari kemudian ia melihat Perangkap Tikus tersebut sudah tidak
digunakan lagi.

Sobat banyak banget pesan moral dalam cerita ini , bisakah anda
menyebutkan satu diantaranya ?

read more...

Jeritan Anak Muda


Siang datang bukan untuk mengejar malam, malam tiba bukan untuk mengejar siang. Siang dan malam datang silih berganti dan takkan pernah kembali lagi. Menanti adalah hal yang paling membosankan, apalagi jika menanti sesuatu yang tidak pasti. Sementara waktu berjalan terus dan usia semakin bertambah, namun satu pertanyaan yang selalu mengganggu "Kapan aku menikah??".

Resah dan gelisah kian menghantui hari-harinya. Manakala usia telah melewati kepala tiga, sementara jodoh tak kunjung datang. Apalagi jika melihat disekitarnya, semua teman-teman seusianya, bahkan yang lebih mudah darinya telah naik ke pelaminan atau sudah memiliki keturunan. Baginya, ini suatu kenyataan yang menyakitkan sekaligus membingungkan. Menyakitkan tatkala masyarakat memberinya gelar sebagai "bujang lapuk" atau"perawan tua" , "tidak laku".Membingungkan tatkala tidak ada yang mau peduli dan ambil pusing dengan masalah yang tengah dihadapinya.

Apalagi anggapan yang berkembang di kalangan wanita, bahwa semakin tua usia akan semakin sulit mendapatkan jodoh. Sehingga menambah keresahan dan mengikis rasa percaya diri. Sebagian wanita yang masih sendiri terkadang memilih mengurung diri dan hari-harinya dihabiskan dengan berandai-andai.

Ini adalah kenyataan yang tidak dapat dipungkiri sebab hal ini bisa saja terjadi pada saudari kita, keponakan, sepupu atau keluarga kita. Salah satu faktor yang menyebabkan hal ini, tingginya batas mahar dan uang nikah yang ditetapkan. Hal ini banyak terjadi dinegeri kita -khususnya di daerah sulawesi-. Telah banyak kisah para pemuda yang sudah ingin sekali menikah, mundur dari lamarannya hanya karena tidak mampu menghadapi mahar yang ditetapkan. Setan pun mendapatkan celah untuk menggelincirkan anak-anak Adam sehingga melakukan perkara-perkara terlarang mulai dari kawin lari sampai pada perbuatan-perbuatan yang hina (zina), bahkan sampai menghamili sebagai solusi dari semua ini. Padahal agama yang mulia ini telah menjelaskan bahwa jangankan zina, mendekati saja diharamkan,

"Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.". (QS. Al-Israa’:32 )


Pembaca yang budiman, sesungguhnya islam adalah agama yang mudah; Allah I telah anugerahkan kepada manusia sebagai rahmat bagi mereka. Hal ini nampak jelas dari syari’at-syari’at dan aturan yang ada di dalamnya, dipenuhi dengan rahmat, kemurahan dan kemudahan. Allah I telah menegaskan di dalam kitab-Nya yang mulia,

"Thaahaa. Kami tidak menurunkan Al Quran Ini kepadamu agar kamu menjadi susah; Tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah)". (QS.Thohaa :1-3)

Allah I berfirman

"Allah tidak menghendaki menyulitkan kalian, tetapi Dia hendak membersihkan kalian dan menyempurnakan nikmat-Nya bagi kalian, supaya kalian bersyukur."(QS. : Al-Maidah: 6)

Namun sangat disayangkan kalau kemudahan ini, justru ditinggalkan. Malah mencari-cari sesuatu yang sukar dan susah sehingga memberikan dampak negatif dalam menghalangi kebanyakan orang untuk menikah, baik dari kalangan lelaki, maupun para wanita, dengan meninggikan harga uang pernikahan dan maharnya yang tak mampu dijangkau oleh orang yang datang melamar. Akhirnya seorang pria membujang selama bertahun-tahun lamanya, sebelum ia mendapatkan mahar yang dibebankan. Sehingga banyak menimbulkan berbagai macam kerusakan dan kejelekan, seperti menempuh jalan berpacaran. Padahal pacaran itu haram, karena ia adalah sarana menuju zina. Bahkan ada yang menempuh jalan yang lebih berbahaya, yaitu jalan zina !!

Di sisi yang lain, hal tersebut akan menjadikan pihak keluarga wanita menjadi kelompok materealistis dengan melihat sedikit banyaknya mahar atau uang nikah yang diberikan. Apabila maharnya melimpah ruah, maka merekapun menikahkannya dan mereka tidak melihat kepada akibatnya; orangnya jelek atau tidak yang penting mahar banyak !! Jika maharnya sedikit, merekapun menolak pernikahan, walaupun yang datang adalah seorang pria yang diridhoi agamanyadan akhlaknya serta memiliki kemampuan menghidupi istri dan anak-anaknya kelak. Padahal Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam-telah mamperingatkan,

إِذَا أَتَاكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ خُلُقَهُ وَدِيْنَهُ فَزَوِّجُوْهُ . إِلَّا تَفْعَلُوْا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِيْ الْأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيْضٌ

"Jika datang seorang lelaki yang melamar anak gadismu, yang engkau ridhoi agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah (musibah) dan kerusakan yang merata dimuka bumi "[HR.At-Tirmidziy dalam Kitab An-Nikah(1084 & 1085), dan Ibnu Majah dalam Kitab An-Nikah(1967).

Jadi, yang terpenting dalam agama kita adalah ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, bukan sekedar kekayaan dan kemewahan. Sebuah rumah yang berhiaskan ketaqwaan dan kesholehan dari sepasang suami istri adalah modal surgawi, yang akan melahirkan kebahagian, kedamaian, kemuliaan, dan ketentraman. Namun sangat disayangkan sekali, realita yang terjadi di masyarakat kita, jauh dari apa yang dituntunkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Hanya karena perasaan "malu" dan "gengsi" hingga rela mengorbankan ketaatan kepada Allah; tidak merasa cukup dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan dalam syari’at-Nya. Mereka melonjakkan biaya nikah, dan mahar yang tidak dianjurkan di dalam agama yang mudah ini. Akhirnya pernikahan seakan menjadi komoditi yang mahal, sehingga menjadi penghalang bagi para pemuda untuk menyambut seruan Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam-

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

"Wahai para pemuda! Barang siapa diantara kalian yang telah mampu, maka menikahlah, karena demikian (nikah) itu lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Barang siapa yang belum mampu, maka berpuasalah, karena puasa akan menjadi perisai baginya". [HR. Al-Bukhoriy (4778), dan Muslim (1400), Abu Dawud (2046), An-Nasa’iy (2246)]

Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- telah menganjurkan umatnya untuk mempermudah dan jangan mempersulit dalam menerima lamaran dengan sabdanya,

مِنْ يُمْنِ الْمَرْأَةِ تَسْهِيْلُ أَمْرِهَا وَقِلَّةُ صَدَاقِهَا

"Diantara berkahnya seorang wanita, memudahkan urusan (nikah)nya, dan sedikit maharnya". [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (24651), Al-Hakim dalam Al-Mustadrok (2739), Al-Baihaqiy dalam Al-Kubro (14135), Ibnu Hibban dalam Shohih-nya (4095), Al-Bazzar dalam Al-Musnad (3/158), Ath-Thobroniy dalam Ash-Shoghir (469).

Oleh karena itu, pernah seseorang datang kepada Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- seraya berkata,"Sesungguhnya aku telah menikahi seorang wanita." Beliau bersabda, "Engkau menikahinya dengan mahar berapa?" orang ini berkata:"empat awaq (yaitu seratus enam puluh dirham)". Maka Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:

عَلَى أَرْبَعِ أَوَاقٍ ؟ كَأَنَّمَا تَنْحِتُوْنَ الْفِضَّةَ مِنْ عَرْضِ هَذَا الْجَبَلِ مَا عِنْدَنَا مَا نُعْطِيْكَ وَلَكِنْ عَسَى أَنْ نَبْعَثَكَ فِيْ بَعْثٍ تُصِيْبُ مِنْهُ

"Dengan empat awaq (160 dirham)? Seakan-akan engkau telah menggali perak dari sebagian gunung ini. Tidak ada pada kami sesuatu yang bisa kami berikan kepadamu. Tapi mudah-mudahan kami dapat mengutusmu dalam suatu utusan (penarik zakat) ; engkau bisa mendapatkan (empat awaq tersebut)". [HR, Muslim(1424)].

Al-Imam Abu Zakariyya Yahya bin Syarof An-Nawawiy-rahimahullah- berkata tentang sabda Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- yang kami huruf tebalkan, "Makna ucapan ini, dibencinya memperbanyak mahar hubungannya dengan kondisi calon suami".[Lihat Syarh Shohih Muslim (6/214)]

Perkara meninggikan mahar, dan mempersulit pemuda yang mau menikah, ini telah diingkari oleh Umar -radhiyallahu ‘anhu-. Umar -radhiyallahu ‘anhu- berkata,

أَلَا لَا تَغَالُوْا بِصُدُقِ النِّسَاءِ فَإِنَّهَا لَوْ كَانَتْ مَكْرَمَةً فِيْ الدُّنْيَا أَوْ تَقْوًى عِنْدَ اللهِ لَكَانَ أَوْلَاكُمْ بِهَا النََّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أَصْدَقَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِمْرَأَةً مِنْ نِسَائِهِ وَلَا أُصْدِقَتْ اِمْرَأَةٌ مِنْ بَنَاتِهِ أَكْثَرَ مِنْ ثِنْتَيْ عَشَرَ أُوْقِيَةٌ

"Ingatlah, jangan kalian berlebih-lebihan dalam memberikan mahar kepada wanita karena sesungguhnya jika hal itu adalah suatu kemuliaan di dunia dan ketaqwaan di akhirat, maka Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- adalah orang yang palimg berhak dari kalian. Tidak pernah Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- memberikan mahar kepada seorang wanitapun dari istri-istri beliau dan tidak pula diberi mahar seorang wanitapun dari putri-putri beliau lebih dari dua belas uqiyah (satu uqiyah sama dengan 40 dirham)" .[HR.Abu Dawud (2106), At-Tirmidzi(1114),Ibnu Majah(1887), Ahmad(I/40&48/no.285&340).

Pembaca yang budiman, pernikahan memang memerlukan materi, namun itu bukanlah segala-galanya, karena agungnya pernikahan tidak bisa dibandingkan dengan materi. Janganlah hanya karena materi, menjadi penghalang bagi saudara kita untuk meraih kebaikan dengan menikah. Yang jelas ia adalah seorang calon suami yang taat beragama, dan mampu menghidupi keluarganyanya kelak. Sebab pernikahan bertujuan menyelamatkan manusia dari perilaku yang keji (zina), dan mengembangkan keturunan yang menegakkan tauhid di atas muka bumi ini.

Oleh karena itu, Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- perkah bersabda,

ثَلَاثَةٌ كُلُّهُمْ حَقٌّ عَلَى اللهِ عَوْنُهُ الْغَازِيْ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ وَالْمُكَاتَبُ الَّذِيْ يُرِيْدُ الْأَدَاءَ وَالنَّاكِحُ الَّذِيْ يُرِيْدُ التَّعَفُّفَ

"Ada tiga orang yang wajib bagi Allah untuk menolongnya: Orang yang berperang di jalan Allah, budak yang ingin membebaskan dirinya, dan orang menikah yang ingin menjaga kesucian diri". [HR. At-Tirmidziy (1655), An-Nasa’iy (3120 & 1655), Ibnu Majah (2518).

Orang tua yang bijaksana tidak akan tentram hatinya sebelum ia menikahkan anaknya yang telah cukup usia. Karena itu adalah tanggung-jawab orang tua demi menyelamatkan masa depan anaknya. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran orang tua semua untuk saling tolong-menolong dalam hal kebaikan. Ingatlah sabda Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam-

إِنَّ الدِّيْنَ يُسْرٌ وَلَنْ يُشَادَّ الدِّيْنَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ

"Agama adalah mudah dan tidak seorangpun yang mempersulit dalam agama ini, kecuali ia akan terkalahkan". [HR. Al-Bukhary (39), dan An-Nasa’iy(5034)]

Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- memerintahkan umatnya untuk menerapkan prinsip islam yang mulia ini dalam kehidupan mereka sebagaimana dalam sabda Beliau,

يَسِّرُوْا وَلَا تُعَسِّرُوْا وَبَشِّرُوْا وَلَا تُنَفِّرُوْا

"permudahlah dan jangan kalian mempersulit, berilah kabar gembira dan jangan kalian membuat orang lari". [HR.Al-Bukhary(69& 6125), dan Muslim(1734)]

Syaikh Al-Utsaimin-rahimahullah- berkata, "Kalau sekiranya manusia mencukupkan dengan mahar yang kecil, mereka saling tolong menolong dalam hal mahar(yakni tidak mempersulit) dan masing-masing orang melaksanakan masalah ini, niscaya masyarakat akan mendapatkan kebaikan yang banyak, kemudahan yang lapang, serta penjagaan yang besar, baik kaum lelaki maupun wanitanya".[Lihat Az-Zawaaj]

read more...

Hidup Adalah Perjuangan


Alkisah, di suatu hari keledai milik seorang petani jatuh ke dalam sumur. Hewan itu menangis dengan memilukan selama berjam-jam, sementara si petani sibuk memikirkan langkah apa yang harus dilakukannya.

Akhirnya, si petani mengambil keputusan dramatis. Dengan alasan si keledai itu sudah tua dan sumur juga perlu di timbun ( di tutup karena berbahaya ), jadi tak ada gunanya menolong si keledai. Malah dia mengajak para tetangganya untuk datang membantunya. Mereka membawa sekop dan mulai menyekop tanah ke dalam sumur.

Pada mulanya, si keledai menyadari apa yang sedang terjadi dan dia menangis penuh kesedihan. Tapi kemudian semua orang takjub karena si keledai menjadi diam justru setelah orang-orang bermaksud menguburnya hidup-hidup…setelah beberapa sekop tanah lagi dituangkan ke dalam sumur, si petani dan tetangganya melihat ke dalam sumur. Mereka tercengang dengan apa yang dilihatnya.

Walaupun punggungnya terus tertimpa oleh bersekop-sekop tanah dan kotoran, si keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan. Dia mengguncang-guncangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun ke bawah, lalu menaiki tanah itu.

Sementara para tetangga si petani terus menuangkan tanah ke atas punggung hewan itu dan si keledai terus mengguncang-guncangkan badannya lalu melangkah naik. Setapak demi setapak. Segera saja, semua orang terpesona ketika si keledai meloncat ke tepi sumur dan melarikan diri… !!!

“Begitu juga hidup ini, setiap masalah-masalah merupakan satu pijakan untuk terus melangkah….kita dapat keluar dari masalah yang sangat berat dengan terus berjuang dan pantang menyerah”

“Entah ini adalah waktu kita yang terbaik atau waktu kita yang terburuk, tapi inilah satu-satunya waktu yang kita miliki saat ini…manfaatkanlah dengan sebaik-baiknya ..


وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ. الأنكبوت 69
" Adapun orang-orang yang berjihad (mempersungguh) di dalam urusanKu maka akan Aku ( Allah ) tunjukkan jalanKu pada mereka, sesungguhnya Allah niscaya beserta orang-orang yang berbuat baik". QS al-Ankabut 69

Ayoo semangaattt ... !!

read more...

Dapatkan saham Gratis dari Me2everyone


Me2everyone adalah sebuah situs yang berambisi untuk menjadi situs yang paling banyak dikunjungi pada tahun 2012.

Anda hanya menjadi pemegang Saham di Me2everyone dan tidak harus membayar satu sen dolar pun! Sebelum diluncurkan pada bulan Januari 2009, lebih dari 30.000 anggota baru menjadi member Me2everyone setiap minggu.

Situs tersebut menargetkan untuk mendapatkan 100.000.000 member pada saat launching nanti pada Desember 2012. jadi saat ini, situs ini bermaksud menjaring member sebanyak-banyaknya dengan imbalan bagian saham untuk setiap member yang join. Setiap member yang join akan diberi 100 lembar saham dan jika mereferensikan kepada member baru, dia akan diberi tambahan 200 lembar saham per member baru yang direkrutnya.

Selain iming2 saham gratis, juga ada kesempatan berkontribusi dalam pengembangan situs ini secara global dengan menjadi global executive untuk mereka. Tugasnya mengembangkan situs tersebut supaya dapat mencapai visinya. Tidak main-main, hanya member yang berkompeten yang layak untuk dijadikan global executive mereka. Saya lihat sih orang Indo belum ada yang jadi global executive, mungkin orientasinya masih pada untuk mendapatkan saham gratisnya saja.....

klik di sini

Disinyalir Me2everyone akan menggantikan ketenaran facebook. Site baru ini, Me2everyone menjanjikan bahwa akan menjadi sesuatu yang baru di dunia maya di mana rekan-rekan dapat bertemu teman-teman, chatting, berbelanja, bermain, menonton video, membuat sebuah galeri seni, buka virtual koran, memutar lotere inworld gratis dan menghasilkan uang dari toko online sendiri! Ini merupakan tempat di mana Anda bertemu dengan orang baru atau mengundang teman-teman kita. Belajar keterampilan baru atau memperluas bisnis kita. Menemukan cinta kita atau membantu planet. Bila situs tersebut secara resmi diluncurkan di dunia maya, situs ini akan mendukung hampir 10 bahasa yang berbeda sehingga akan menjadi cara tepat untuk jaringan dengan orang-orang di berbagai negara dan menggunakan bahasa berbeda.

Selain menawarkan keanggotaan gratis, Me2everyone memiliki konsep untuk menawarkan kepada rekan-rekan untuk mempunyai rasa memiliki terhadap me2everyone dengan memberikan saham gratis apabila rekan-rekan bergabung. Pertumbuhan yang cepat dari situs akan dianggap sebagai bagian program yang mereka tawarkan. Perusahaan menyatakan bahwa mereka akan mencoba untuk go public pada tahun 2012, dan memiliki tujuan sekitar $0.85 per saham pada memulai go public. Dulu Google saat pertama kali go public pada pertengahan tahun 2004 memiliki nilai IPO (Initial Public Offer) sebesar $85!!!. Tidak menutup kemunkinan juga jika nilai IPO me2everyone nantinya juga akan seperti Google. Bayangkan saja jika anda memiliki saham pada perusahaan dot com yang sedang booming seperti facebook, Google, dll pastinya anda memiliki banyak dana segar yang setiap saat bisa anda cairkan.

Sebarkan berita ini, saya ingin orang-orang indonesia menjadi dari yang pertama, cara cepat Remove Formatting from selectionberinteraksi sosial di dunia maya sambil menghasilkan pasif income, join now, and click this link

http://me2everyone.com/542264
klik di sini


Nb :
1. Gunakan http://www.translate.google.com jika anda kesulitan untuk mendaftar .
2. Password harus diberi number dibelakangnya contoh : kerispatih5 atau peterpan7

Semoga bermanfaat ..


read more...

Takut miskin di Akhirat



Mengingat harga-harga barang kebutuhan terus meningkat, seorang pemuda selalu mengeluh karena tak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Setelah berdiskusi dengan seorang kiai makrifat, pemuda itu pun mengikuti anjurannya untuk menjalankan shalat Hajat serta tetap istiqomah melaksanakan shalat wajib lima waktu.


”Pak Kiai, tiga tahun sudah saya menjalankan ibadah sesuai anjuran Bapak. Setiap hari saya shalat Hajat semata-mata agar Allah SWT melimpahkan rezeki yang cukup. Namun, sampai saat ini saya masih saja miskin,” keluh si pemuda.
“Teruskanlah dan jangan berhenti, Allah selalu mendengar doamu. Suatu saat nanti pasti Allah mengabulkannya. Bersabarlah!” Jawab sang kiai.
”Bagaimana saya bisa bersabar, kalau semua harga kebutuhan serba naik! Sementara saya masih juga belum mendapat rezeki yang memadai. Bagaimana saya bisa memenuhi kebutuhan hidup?”
”Ya tentu saja tetap dari Allah, pokoknya sabar, pasti ada jalan keluarnya. Teruslah beribadah.”
”Percuma saja Pak Kiai. Setiap hari shalat lima waktu, shalat Hajat, shalat Dhuha, tapi Allah belum juga mengabulkan permohonan saya. Lebih baik saya berhenti saja beribadah…” jawab pemuda itu dengan kesal.
”Kalau begitu, ya sudah. Pulang saja. Semoga Allah segera menjawab permintaanmu,” timpal kiai dengan ringan.


Pemuda itu pun pulang. Rasa kesal masih menggelayuti hatinya hingga tiba di rumah. Ia menggerutu tak habis-habisnya hingga tertidur pulas di kursi serambi. Dalam tidur itu, ia bermimpi masuk ke dalam istana yng sangat luas, berlantaikan emas murni, dihiasi dengan lampu-lampu terbuat dari intan permata. Bahkan beribu wanita cantik jelita menyambutnya. Seorang permaisuri yang sangat cantik dan bercahaya mendekati si pemuda.
”Anda siapa?” tanya pemuda.
”Akulah pendampingmu di hari akhirat nanti.”
”Ohh… lalu ini istana siapa?”
”Ini istanamu, dari Allah. Karena pekerjaan ibadahmu di dunia.”
”Ohh… dan taman-taman yang sangat indah ini juga punya saya?”
”Betul!”
”Lautan madu, lautan susu, dan lautan permata juga milik saya?”
”Betul sekali.”


Sang pemuda begitu mengagumi keindahan suasana syurga yang sangat menawan dan tak tertandingi. Namun, tiba-tiba ia terbangun dan mimpi itu pun hilang. Tak disangka, ia melihat tujuh mutiara sebesar telor bebek. Betapa senang hati pemuda itu dan ingin menjual mutiara-mutiara tersebut. Ia pun menemui sang kiai sebelum pergi ke tempat penjualan mutiara.
“Pak Kiai, setelah bermimpi saya mendapati tujuh mutiara yang sangat indah ini. Akhirnya Allah menjawab doa saya,” kata pemuda penuh keriangan.
”Alhamdulillah. Tapi perlu kamu ketahui bahwa tujuh mutiara itu adalah pahala-pahala ibadah yang kamu jalankan selama 3 tahun lalu.”
”Ini pahala-pahala saya? Lalu bagaimana dengan syurga saya Pak Kiai?”
”Tidak ada, karena Allah sudah membayar semua pekerjaan ibadahmu. Mudah-mudahan kamu bahagia di dunia ini. Dengan tujuh mutiara itu kamu bisa menjadi miliader.”
”Ya Allah, aku tidak mau mutiara-mutiara ini. Lebih baik aku miskin di dunia ini daripada miskin di akhirat nanti. Ya Allah kumpulkan kembali mutiara-mutiara ini dengan amalan ibadah lainnya sampai aku meninggal nanti,” ujar pemuda itu sadar diri. Tujuh mutiara yang berada di depannya itu hilang seketika. Ia berjanji tak akan mengeluh dan menjalani ibadah lebih baik lagi demi kekayaan akhirat kelak...





read more...

Memaknai Jargon ‘Take Action’


Oleh: Anang YB

Setahun lalu ada dua tetangga saya yang di PHK bersamaan. Keduanya bisa mendadak menganggur bersamaan karena memang bekerja di satu pabrik yang sama. Yang membedakan keduanyanya adalah warna seragam mereka. Tetangga yang satu kerah bajunya berwarna biru, sedangkan tetangga satunya lagi berkerah putih dan biasa terlilit dasi.
Biarpun tenggorokannya biasa terlilit dasi, tapi tetangga saya ini –saya biasa memanggilnya Pak Manuel- jauh lebih banyak bicara dibandingkan Mas Mancuk rekan sekantornya yang levelnya jauh di bawah Pak Manuel. Sayangnya, keduanya bernasib sama buruknya, yakni tak mendapat pesangon sepeser pun karena pemilik perusahaan kabur entah ke mana.
“Kini saatnya saya untuk take action,” kata Pak Manuel mantap. Saya langsung nyambung dengan perkataan dia karena saya tahu kalau Pak Manuel sudah lama ingin menjadi entrepreneur. Berulang kali hal itu dia sampaikan ke saya. Konon, ada belasan mailing list bertema bisnis dia ikuti. Benar saja, belum seminggu Pal Manuel menganggur, dia sudah meyambangi saya dengan setumpuk dokumen yang dia unduh dari internet.

“Jaman sudah berubah, Pak!” kata Pak Manuel. “Bisnis modern bisa dilaksanakan secara simple dan tak perlu modal yang besar. Yang penting positioning kita. Cukup kita pasang mata lebar-lebar dan cari tahu apa yang paling dibutuhkan masyarakat. Asal jeli, kita pasti dapat satu produk yang dijamin bakal diburu masyarakat. Saya jamin itu.” Saya pun mengangguk-angguk. Pak Manuel lantas menunjukkan artikel tentang perjuangan pendiri Amazon dotcom, Google dan termasuk beberapa pebisnis lokal yang sukses besar setelah memanfaatkan dunia maya. Pak Manuel pun menceritakan ide bisnisnya yakni berjualan GPS (Global Postioning System). “Saya bersyukur dan berkeyakinan Indonesia tidak pernah lepas dari kemacetan di jalan raya. Ujung-ujungnya setiap orang bakal butuh piranti pemandu jalan. Jadi, sangat pas bila saya menjual GPS,” tutur Pak Manuel.
Pak manuel pun dengan penuh semangat menghabiskan waktu sebulan penuh untuk mencari agen GPS terbaik. Beberapa kali dia mencoba membuat deal dengan agen lokal namun selalu dibatalkannya. Entah karena dia anggap tidak bonafid, tidak memiliki itikat baik, dan seterusnya. Akhirnya menginjak bulan kedua, Pak Manuel pun mendapat mitra langsung dari Taiwan. Tidak berhenti di situ, Pak Manuel pun lantas merancang website untuk usaha barunya itu. Biar pun tak punya latar belakang di bidang disain web, Pak Manuel terus asyik membuat toko online. Dicobanya menggunakan Joomla, Oscommerce hingga wordpress dengan sekian banyak plug-in pembuat toko online. Tak puas dengan itu semua, dicari dan terus dicobanya berbagai freeware yang bertebaran di internet. Suatu ketika saya bertanya mengapa dia tidak membeli disain toko online yang siap pakai? Dengan tegas dijawabnya bahwa kalau bisa membuat sendiri, mengapa juga musti mengeluarkan uang? Jawaban yang sama juga dilontarkannya ketika dia bermaksud menggunakan hosting dan nama domain gratis. Bahkan dengan bangga ditunjukkannya sekian banyak penyedia hosting gratis yang sekaligus menjanjikan bakal memberikan sekian dollar bila pemakai mampu mengajak orang lain untuk menggunakan hosting gratisan serupa.


Selama beberapa bulan tenggelam dalam keasyikan membuat toko online, membuat Pak Manuel mondar-mandir ke warnet. Kok tidak langganan internet di rumah pak? Tanya saya. Lho buat apa? Sahut dia. Efisiensi musti diterapkan sejak awal sebuah bisnis dibangun. Untuk apa saya berlangganan internet 1 GB kalau kebutuhan saya hanya beberapa megabyte? Jawab Pak Manuel yakin sekali.
Memasuki bulan keenam sejak menganggur, situs toko online Pak Manuel pun siap. Saya pikir bisnis barunya bakal segera grand opening. Nyatanya tidak. Saya perlu melengkapi toko online saya, katanya. Lagi-lagi dia menunjukkan satu tulisan yang dia comot dari internet. Semestinya sebuah toko online bisa menjadi one stop shopping, papar Pak Manuel. Pinginnya, saya akan melengkapi toko online saya dengan barang-barang selain GPS. Tak masalah, saya sudah punya nomor kontak agen alat survey, theodolith, compass, dan gadget sebangsa itu. Jadi launching situs saya –untuk sementara waktu- akan saya tunda. Tak masalah, lebih baik saya mundur satu langkah untuk membuat satu lompatan besar, betul kan? Tanya dia. Saya hanya bisa mengangguk sambil menarik napas panjang.

*** Bagaimana dengan nasib Mas Mancuk rekan sepabrik Pak Manuel yang sama-sama jadi Penganggur? Ah, kisah dia tidak begitu menarik. Yang saya dengar, sehari setelah di-PHK Mas Mancuk menjual motor bebeknya. Uang hasil penjualan motor dia belikan satu sepeda, satu buah blender, beberapa kotak Pop Ice aneka rasa dan perlengkapan membuat Pop Ice seperti gelas plastik, sedotan, agar-agar dan sebangsa itu. Hanya dua hari Mas Mancuk menganggur. Pada hari ketiga sejak di-PHK, Mas Mancuk sudah memulai hidup baru sebagai penjual Pop Ice.

*** Satu tahun sudah terlewati sejak kedua tetangga saya itu di-PHK. Kini saya baru sadar ternyata saya terlalu menganggap remeh langkah Mas Mancuk. Jangan kaget bila warung Pop Ice Mas Mancuk makin ramai. Tak hanya satu, kini Mas Mancuk punya empat blender sekaligus. Tak hanya menjual Pop Ice, jus buah segar pun dia jual. Bila siang menjelang, pastilah warung itu menjadi ramai oleh anak-anak sekolah yang mampir untuk meneguk es sebelum pulang ke rumah. Warung Mas Mancuk pun menjual aneka kue basah, roti, dan aneka gorengan. Bahkan Mas Mancuk pun menjadi agen brownies dan roti tart. Bila pagi datang, berderet para pembuat kue menitipkan barang dagangannya pada Mas Mancuk. Hidup Mas Mancuk sudah berubah walau tidak sefantastis gambaran indah yang ditawarkan para pelaku internet marketer. Motor bebek sudah dimilikinya kembali. Anak satu-satunya pun tampak sehat dan paling hobi berkeliling dengan sepeda gunung hadiah ulang tahun dari kedua orang tuanya.

Oh ya, bagaimana dengan keadaan Pak Manuel sekarang? Tentu saja dia masih konsisten dengan kegiatan sehari-harinya: berbekal uang sepuluh ribu rupiah pemberian isterinya yang bekerja menjadi bidan, dia masih setia menyambangi internet dan duduk manis di sana selama dua jam! salam,





read more...

Mensyukuri Perbedaan


...................
Orang yang duduk di depan itu tampak dengan berapi-api menjelaskan segala macam argumentasinya untuk mencoba memberi alasan logis atas pendapatnya. Terkadang disela kalimatnya, nada bicaranya harus meninggi. Dari rentetan kalimat yang diucapkannya, sangat terasa bahwa orang ini –sebut saja Pak Bejo-, sangat berusaha ingin meyakinkan para pendengarnya bahwa pendapatnyalah yang benar.

Ketika Pak Bejo selesai bicara panjang lebar, kemudian giliran moderator mempersilahkan seorang tua lain yang duduk di meja seberang pak Bejo –sebut saja namanya pak Untung- untuk bicara. Giliran pak Untung bicara. Tak kalah gegap gempitanya dengan pak Bejo. Dan yang menarik, semua ucapan pak Untung ini berbeda seratus delapan puluh derajat dengan pak Bejo. Pak Untung menganggap pendapat pak Bejo salah, dan dengan sama meyakinkannya, berbekal dalil-dalil yang bersumber dari referensi yang sama dengan yang diucapkan pak Bejo sebelumnya, pak Untung seolah memberi pandangan persepsi lain atas referensi itu.
....................

Peristiwa di atas adalah salah satu acara di televisi yang menampilkan dua orang yang berdebat dari dua kubu yang berpendapat berseberangan akan suatu hal. Ditemani oleh satu orang moderator yang selalu tertib menjalankan tugasnya agar pembicaraan tidak melebar kemana-mana dan semua yang hadir di situ menghargai waktu dan tata tertib yang sudah ditentukan.

Menjelang akhir acara suasana semakin memanas. Beberapa kali diiringi tepuk riuh para penonton akan pendapat salah satu pembicara yang merasa berhasil mengemukakan pendapat yang bisa mengunci argumentasi lawannya. Bahkan beberapa kali moderator tampak kewalahan harus memotong pembicaraan, ketika pak Bejo dan pak Untuk sudah saling bantah-membantah diluar kendali atas kesempatan bicara yang diberikan moderator kepada mereka.Tak lama kemudian waktu habis.

Ditutup begitu saja. Singkat moderator hanya memberi kata perpisahan dan semuanya dikembalikan kepada penonton. Banyak orang mungkin kemudian berpendapat, betapa pak Untung dan pak Bejo ini pastilah dua orang seteru yang selalu berseberangan dalam segala hal dan setiap pertemuan. Orang kemudian membayangkan betapa tegangnya suasana setiap mereka bertemu.

Tapi anggapan itu ternyata keliru! Bersamaan dengan selesai acara di tivi itu, ‘running-text’ penanggung jawab acara mulai terlihat, kamera ternyata menangkap –atau mungkin sengaja memperlihatkan- pak Bejo dan pak Untung saling berdiri mendekat, bersalaman dengan senyum lebar, saling rangkul. Bahasa tubuh mereka begitu hangat seperti layaknya dua sahabat yang saling bertemu.

Lalu apakah adu mulut yang mereka pertontonkan sebelumnya adalah sebuah sandiwara? Bukan! Mereka adalah orang-orang terhormat yang masing-masing memiliki prinsip dan nilai yang dengan kuat mereka genggam dan harus mereka pertahankan. Tapi mereka juga orang-orang yang telah matang dan dewasa dalam melihat kehidupan, bahwa perbedaan itu sebuah keniscayaan Sang Pencipta. Sehingga sebeda apa pun kita dengan orang lain, haruslah tetap pada koridor bahwa kita akan tetap menghargainya sebagai sesama manusia.

Dalam lingkup keluarga, sebuah kumpulan manusia yang paling kecil sekalipun, pastilah suatu saat ada beda pendapat. Dengan perbedaan itulah kita seharusnya belajar untuk melihat sisi lain atas pendapat kita sendiri. Dan beda pendapat tidak seharusnya mengurangi rasa sayang antar sesama anggota keluarga.

Se-solid apa pun sebuah organisasi, secara internal pastilah pernah terjadi silang pendapat. Justru beda pendapat inilah yang seharusnya memperkaya lingkup pandang dan wawasan organisasi itu tanpa harus mengurangi rasa saling menghormati sesama anggota organisasi.

Negara kita adalah negara yang begitu banyak terdapat bermacam-ragam perbedaan. Justru itulah kekayaan dan kekuatan kita dalam kesatuan Negara ini. Sungguh saya bersyukur, dalam pembelajaran dan pendewasaan bangsa ini, acara-acara debat semacam yang saya ceritakan diatas semakin banyak digelar. Baik di tivi, radio maupun off-air. Dan orang melihat, ketika acara selesai dua pihak seperti layaknya dua teman, saling sapa, saling tersenyum, makan bersama, saling menanyakan perihal keluarga mereka.

Bersyukurlah bahwa kita manusia diciptakan berbeda, sehingga punya kesempatan untuk belajar menjadi dewasa dan mensyukuri perbedaan ini.

read more...

Air mata mutiara


Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengeluh pada ibunya sebab sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan lembek.

"Anakku," kata sang ibu sambil bercucuran air mata,
"Tuhan tidak memberikan pada kita, bangsa kerang, sebuah tangan pun, sehingga Ibu tak bisa menolongmu."
Si ibu terdiam, sejenak, "Aku tahu bahwa itu sakit anakku. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam. Kuatkan hatimu. Jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat", kata ibunya dengan sendu dan lembut.

Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya. Ada hasilnya, tetapi rasa sakit terkadang masih terasa. Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya. Dengan air mata ia bertahan, bertahun-tahun lamanya. Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Dan semakin lama mutiaranya semakin besar. Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar.

Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir mutiara besar, utuh mengkilap, dan berharga mahal pun terbentuk dengan sempurna. Penderitaannya berubah menjadi mutiara; air matanya berubah menjadi sangat berharga. Dirinya kini, sebagai hasil derita bertahun-tahun, lebih berharga daripada sejuta kerang lain yang cuma disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan.
=================================================
Cerita di atas adalah sebuah paradigma yg menjelaskan bahwa penderitaan adalah lorong transendental untuk menjadikan "kerang biasa" menjadi "kerang luar biasa".


Karena itu dapat dipertegas bahwa kekecewaan dan penderitaan dapat mengubah "orang biasa" menjadi "orang luar biasa".


Banyak orang yang mundur saat berada di lorong transendental tersebut, karena mereka tidak tahan dengan cobaan yang mereka alami.


Ada dua pilihan sebenarnya yang bisa mereka masuki: menjadi `kerang biasa' yang disantap orang atau menjadi `kerang yang menghasilkan mutiara'. Sayangnya, lebih banyak orang yang mengambil pilihan pertama, sehingga tidak mengherankan bila jumlah orang yang sukses lebih sedikit dari orang yang `biasa-biasa saja'.


Mungkin saat ini kita sedang mengalami penolakan, kekecewaan, patah hati, atau terluka karena orang-orang di sekitar Anda. Cobalah untuk tetap tersenyum dan tetap berjalan di lorong tersebut, dan sambil katakan di dalam hati Anda "Airmataku diperhitungkan Tuhan.. dan penderitaanku ini akan mengubah diriku menjadi mutiara." Semoga........

read more...

Istri Istriku


Istri Pertama

Suatu Kisah Menarik yang penuh hikmah tentang Pedagang Kaya dengan empat Orang Istrinya.
Suatu ketika, ada seorang pedagang kaya yang mempunyai 4 orang istri. Dia mencintai istri yang keempat, dan menganugerahinya harta dan kesenangan yang banyak. Sebab, dialah yang tercantik diantara semua istrinya. Pria ini selalu memberikan yang terbaik buat istri keempatnya ini.
Pedagang itu juga mencintai istrinya yang ketiga. Dia sangat bangga dengan istrinya ini, dan selalu berusaha untuk memperkenalkan wanita ini kepada semua temannya. Namun, ia juga selalu khawatir kalau istrinya ini akan lari dengan pria yang lain.
Begitu juga dengan istri yang kedua. Ia pun sangat menyukainya. Ia adalah istri yang sabar dan pengertian. Kapanpun pedagang ini mendapat masalah, dia selalu meminta pertimbangan istrinya ini. Dialah tempat bergantung. Dia selalu menolong dan mendampingi suaminya, melewati masa-masa yang sulit.
Sama halnya dengan istri yang pertama. Dia adalah pasangan yang sangat setia. Dia selalu membawa perbaikan bagi kehidupan keluarga ini. Dia lah yang merawat dan mengatur semua kekayaan dan usaha sang suami. Akan tetapi, sang pedagang, tak begitu mencintainya. Walaupun sang istri pertama ini begitu sayang padanya, namun, pedagang ini tak begitu mempedulikannya.
Suatu ketika, si pedagang sakit. Lama kemudian, ia menyadari, bahwa ia akan segera meninggal. Dia meresapi semua kehidupan indahnya, dan berkata dalam hati. "Saat ini, aku punya 4 orang istri. Namun, saat aku meninggal, aku akan sendiri. Betapa menyedihkan jika aku harus hidup sendiri." Lalu ia meminta semua istrinya datang, dan kemudian mulai bertanya pada istri keempatnya. "Kaulah yang paling kucintai, kuberikan kau gaun dan perhiasan yang indah. Nah, sekarang, aku akan mati, maukah kau mendampingiku dan menemaniku? Ia terdiam. "Tentu saja tidak, "jawab istri keempat, dan pergi begitu saja tanpa berkata-kata lagi. Jawaban itu sangat menyakitkan hati. Seakan-akan, ada pisau yang terhunus dan mengiris-iris hatinya. Pedagang yang sedih itu lalu bertanya pada istri ketiga. "Akupun mencintaimu sepenuh hati, dan saat ini, hidupku akan berakhir. Maukah kau ikut denganku, dan menemani akhir hayatku? Istrinya menjawab, Hidup begitu indah disini. Aku akan menikah lagi jika kau mati. Sang pedagang begitu terpukul dengan ucapan ini. Badannya mulai merasa demam.
Lalu, ia bertanya pada istri keduanya. "Aku selalu berpaling padamu setiap kali mendapat masalah. Dan kau selalu mau membantuku. Kini, aku butuh sekali pertolonganmu. Kalau ku mati, maukah kau ikut dan mendampingiku? Sang istri menjawab pelan. "Maafkan aku," ujarnya "Aku tak bisa menolongmu kali ini. Aku hanya bisa mengantarmu hingga ke liang kubur saja. Nanti, akan kubuatkan makam yang indah buatmu. Jawaban itu seperti kilat yang menyambar. Sang pedagang kini merasa putus asa. Tiba-tiba terdengar sebuah suara. "Aku akan tinggal denganmu. Aku akan ikut kemanapun kau pergi. Aku, tak akan meninggalkanmu, aku akan setia bersamamu. Sang pedagang lalu menoleh ke samping, dan mendapati istri pertamanya disana. Dia tampak begitu kurus. Badannya tampak seperti orang yang kelaparan. Merasa menyesal, sang pedagang lalu bergumam, "Kalau saja, aku bisa merawatmu lebih baik saat ku mampu, tak akan kubiarkan kau seperti ini, istriku."
Teman, sesungguhnya kita punya 4 orang istri dalam hidup ini. Istri yang keempat, adalah tubuh kita. Seberapapun banyak waktu dan biaya yang kita keluarkan untuk tubuh kita supaya tampak indah dan gagah, semuanya akan hilang. Ia akan pergi segera kalau kita meninggal. Tak ada keindahan dan kegagahan yang tersisa saat kita menghadap-Nya.
Istri yang ketiga, adalah status sosial dan kekayaan. Saat kita meninggal, semuanya akan pergi kepada yang lain. Mereka akan berpindah, dan melupakan kita yang pernah memilikinya.
Sedangkan Istri yang kedua, adalah kerabat dan teman-teman. Seberapapun dekat hubungan kita dengan mereka, mereka tak akan bisa bersama kita selamanya. Hanya sampai kuburlah mereka akan menemani kita.
Dan, teman, sesungguhnya, Istri pertama kita adalah jiwa dan amal kita. Mungkin, kita sering mengabaikan, dan melupakannya demi kekayaan dan kesenangan pribadi. Namun, sebenarnya, hanya jiwa dan amal kita sajalah yang mampu untuk terus setia dan mendampingi kemanapun kita melangkah. Hanya amal yang mampu menolong kita di akhirat kelak. Jadi, selagi mampu, perlakukanlah jiwa dan amal kita dengan bijak. Jangan sampai kita menyesal belakangan.

read more...

Allah dimana ?


Kisah Ulama dan Atheist

Ada kisah zaman dulu tentang orang atheist yang tidak percaya
dengan Tuhan. Dia mengajak berdebat seorang alim mengenai
ada atau tidak adanya Tuhan. Di antara pertanyaannya adalah:
“Benarkah Tuhan itu ada” dan “Jika ada, di manakah Tuhan
itu?”

Ketika orang atheist itu menunggu bersama para penduduk di
kampung tersebut, orang alim itu belum juga datang. Ketika
orang atheist dan para penduduk berpikir bahwa orang alim itu
tidak akan datang, barulah muncul orang alim tersebut.

“Maaf jika kalian menunggu lama. Karena hujan turun deras,
maka sungai menjadi banjir, sehingga jembatannya hanyut dan
saya tak bisa menyeberang. Alhamdulillah tiba-tiba ada
sebatang pohon yang tumbang. Kemudian, pohon tersebut
terpotong-potong ranting dan dahannya dengan sendirinya,
sehingga jadi satu batang yang lurus, hingga akhirnya menjadi
perahu. Setelah itu, baru saya bisa menyeberangi sungai
dengan perahu tersebut.” Begitu orang alim itu berkata.
Si Atheist dan juga para penduduk kampung tertawa terbahak-
bahak. Dia berkata kepada orang banyak, “Orang alim ini
sudah gila rupanya. Masak pohon bisa jadi perahu dengan
sendirinya. Mana bisa perahu jadi dengan sendirinya tanpa ada
yang membuatnya!” Orang banyak pun tertawa riuh.
Setelah tawa agak reda, orang alim pun berkata, “Jika kalian
percaya bahwa perahu tak mungkin ada tanpa ada
pembuatnya, kenapa kalian percaya bahwa bumi, langit, dan
seisinya bisa ada tanpa penciptanya? Mana yang lebih sulit,
membuat perahu, atau menciptakan bumi, langit, dan seisinya
ini?”

Mendengar perkataan orang alim tersebut, akhirnya mereka
sadar bahwa mereka telah terjebak oleh pernyataan mereka
sendiri.
“Kalau begitu, jawab pertanyaanku yang kedua,” kata si
Atheist. “Jika Tuhan itu ada, mengapa dia tidak kelihatan. Di
mana Tuhan itu berada?” Orang atheist itu berpendapat,
karena dia tidak pernah melihat Tuhan, maka Tuhan itu tidak
ada.

Orang alim itu kemudian menampar pipi si atheist dengan
keras, sehingga si atheist merasa kesakitan.
“Kenapa anda memukul saya? Sakit sekali.” Begitu si Atheist
mengaduh.
Si Alim bertanya, “Ah mana ada sakit. Saya tidak melihat sakit.
Di mana sakitnya?”
“Ini sakitnya di sini,” si Atheist menunjuk-nunjuk pipinya.
“Tidak, saya tidak melihat sakit. Apakah para hadirin melihat
sakitnya?” Si Alim bertanya ke orang banyak.
Orang banyak berkata, “Tidak!”
“Nah, meski kita tidak bisa melihat sakit, bukan berarti sakit itu
tidak ada. Begitu juga Tuhan. Karena kita tidak bisa melihat
Tuhan, bukan berarti Tuhan itu tidak ada. Tuhan ada. Meski
kita tidak bisa melihatNya, tapi kita bisa merasakan
ciptaannya.” Demikian si Alim berkata.

Sederhana memang pembuktian orang alim tersebut. Tapi
pernyataan bahwa Tuhan itu tidak ada hanya karena panca
indera manusia tidak bisa mengetahui keberadaan Tuhan
adalah pernyataan yang keliru.

Berapa banyak benda yang tidak bisa dilihat atau didengar
manusia, tapi pada kenyataannya benda itu ada?
Betapa banyak benda langit yang jaraknya milyaran,
bahkan mungkin trilyunan cahaya yang tidak pernah dilihat
manusia, tapi benda itu sebenarnya ada?
Berapa banyak zakat berukuran molekul, bahkan nukleus
(rambut dibelah 1 juta), sehingga manusia tak bisa
melihatnya, ternyata benda itu ada? (manusia baru bisa
melihatnya jika meletakkan benda tersebut di bawah mikroskop
yang amat kuat).

Berapa banyak gelombang (entah radio, elektromagnetik.
Listrik, dan lain-lain) yang tak bisa dilihat, tapi ternyata hal
itu ada?
Benda itu ada, tapi panca indera manusia lah yang
terbatas, sehingga tidak mengetahui keberadaannya.

Dongeng Tukang Cukur: “Apakah Tuhan itu ada?”



Cerita anonim ini sudah cukup banyak diceritakan, namun tetap menarik karena mengetuk dan meyakinkan kembali hati kita. BTW cerita ini tidak bermaksud mendiskreditkan tukang cukur lhoo!

Seorang pelanggan datang ke tempat tukang cukur untuk merapikan rambut dan mencukur kumisnya.

Si tukang cukur mulai bekerja dan seperti biasa memulai pembicaraan hingga suasananya menghangat.

Mereka berbicara berbagai topik pembicaraan hingga sampailah diskusi tentang Tuhan

Si tukang cukur bilang: “Saya tidak percaya Tuhan itu ada”.

“Kenapa anda bilang begitu??” balas si pelanggan

“Begini Pak, coba anda perhatikan di depan sana, di jalanan… untuk menyadari bahwa Tuhan itu tidak ada. Katakan padaku, jika Tuhan itu memang ada, adakah yang sakit? Adakah anak-anak terlantar? Adakah kemelaratan??

Jika Tuhan ada, tidak akan ada sakit ataupun kesusahan. Saya tidak dapat membayangkan Tuhan Yang Maha Penyayang akan membiarkan ini semua terjadi”.

Si pelanggan tidak merespon, karena fikirnya tidak ada gunanya berdebat bila tidak ada argumen dan bukti yang kuat, hanya akan jadi debat kusir saja.

Si tukang cukur menyelesaikan pekerjaannya dan si pelanggan itu pun pergi meninggalkan tempat si tukang cukur.

Di tengah jalan dia melihat seseorang dengan rambut panjang acak-acakan, kotor dan brewok yang tidak terawat. Orang itu terlihat kotor dan jorok

Si pelanggan segera kembali ke tempat tukang cukur lalu berkata: “Tahukah anda

sebenarnya TUKANG CUKUR ITU TIDAK ADA!!”

Si tukang cukur tidak terima dan balas berkata: “kok anda bisa bilang seperti itu? Saya di sini, tukang cukur, ada!, dan baru saja saya mencukur anda!”.

“Tidak!” kata si pelanggan, lalu menambahkan “Tukang cukur itu tidak ada, sebab jika ada, tidak akan ada orang dengan rambut panjang yang kotor dan brewokan seperti orang yang di luar sana”

“Ah iya sih, tapi tukang cukur tetap saja ada!” sanggah tukang cukur. “Jika anda melihat orang seperti itu, itu adalah salah mereka sendiri. Kenapa mereka tidak datang ke saya? Tidak minta saya cukur?” jawabnya membela diri.

“Yup!” kata si pelanggan menyetujui. “Itulah poin utamanya. TUHAN ITU ADA! Tetapi apa yang terjadi? Orang-orang tidak mau datang kepadaNya, tidak mau mencariNya, tidak mau meminta tolong kepadaNya. Oleh karena itu banyak yang sakit dan tertimpa kesusahan di dunia ini”

Si tukang cukur hanya bisa bengong

1 tamparan untuk 3 pertanyaan




Ada seorang pemudi yang lama sekolah di luar negeri, kembali ke tanah air.
Sesampainya di rumah ia meminta kepada orang tuanya untuk mencari seorang guru agama, kiyai atau siapa saja yang bisa menjawab pertanyaannya.
Akhirnya orang tua pemudi itu mendapatkan orang tersebut, seorang kiyai.

Pemudi : Anda siapa Dan apakah bisa menjawab pertanyaan-pertanya an saya ?
Kiyai : Saya hamba Allah dan dengan izin-Nya saya akan menjawab pertanyaan anda.
Pemudi: Anda yakin? Sedangkan Profesor dan banyak orang yang pintar tidak mampu menjawab pertanyaan saya.
Kiyai : Saya akan mencoba sejauh kemampuan saya.
Pemudi : Saya ada 3 pertanyaan:
1.Kalau memang Tuhan itu ada,tunjukan wujud Tuhan kepada saya
2.Apakah yang dinamakan takdir?
3.Kalau syaitan diciptakan dari api kenapa dimasukan ke neraka yang dibuat dari api, tentu tidak menyakitkan buat syaitan. Sebab mereka memiliki unsur yang sama. Apakah Tuhan tidak pernah berfikir sejauh itu?

Tiba-tiba kyai tersebut menampar pipi pemudi tadi dengan keras.

Pemudi : (sambil menahan sakit) Kenapa anda marah kepada saya?
Kiyai : Saya tidak marah…Tamparan itu adalah jawaban saya atas 3 perrtanyaan yang anda ajukan kepada saya.
Pemudi : Saya sungguh-sungguh tidak mengerti.
Kiyai : Bagaimana rasanya tamparan saya?
Pemudi : Tentu saja saya merasakan sakit.
Kiyai : Jadi anda percaya bahawa sakit itu ada?
Pemudi : Ya!
Kiyai : Tunjukan pada saya wujud sakit itu.
Pemudi : Saya tidak bisa.
Kiyai : Itulah jawaban pertanyaan pertama…kita semua merasakan kewujudan Tuhan tanpa mampu melihat wujudnya.
Kiyai : Apakah tadi malam anda bermimpi akan ditampar oleh saya?
Pemudi : Tidak
Kiyai : Apakah pernah terfikir oleh anda akan menerima tamparan dari saya hari ini?
Pemudi : Tidak.
Kiyai : Itulah yang dinamakan takdir.
Kiyai : Terbuat dari apa tangan yang saya gunakan untuk menampar anda?
Pemudi : Kulit.
Kiyai : Terbuat dari apa pipi anda?
Pemudi : Kulit.
Kiyai : Bagaimana rasanya tamparan saya?
Pemudi: Sakit.
Kiyai : Walaupun syaitan dijadikan dari api dan neraka juga terbuat dari api, jika Tuhan menghendaki maka neraka akan menjadi tempat yang menyakitkan untuk syaitan.

read more...

Tuhan Menjawab Do'a Dengan Caranya


Masalah terbesar dari doa adalah bagaimana membiarkannya mengalir dan mengizinkan Allah menjawab dengan cara-Nya (Glenn Clark)"

Pada suatu hari, ada seorang wanita sedang mengajar keponakannya. Sang keponakan biasanya menyimak apa yang diajarkan bibinya, tetapi kali ini dia tidak bisa berkonsentrasi sama sekali. Ternyata salah satu kelerengnya hilang.

Tiba-tiba anak itu berkata: "Bi, bolehkan aku berlutut dan meminta Allah untuk menemukan kelerengku?".
Ketika bibinya mengizinkan, anak itu berlutut di kursinya, menutup matanya dan berdoa dengan sungguh-sungguh. Kemudian dia bangkit dan melanjutkan pelajaran. Keesokan harinya, bibinya yang takut doa keponakannya tidak terjawab dan (dengan demikian melemahkan imannya, ...) dengan khawatir bertanya:
"Sayang, apakah engkau sudah menemukan kelerengmu?".
"Tidak Bi", jawab anak itu, "tetapi Allah telah membuatku tidak menginginkan kelereng itu lagi".
"
Alangkah indahnya iman anak itu. Terkadang kita sering berburuk sangka pada Nya karena do'a kita yang tidak terkabulkan oleh Nya. Tapi yakinlah Tuhan mendengarkan do'a kita dan pasti akan mengabulkannya.
Contoh misalkan, ada anak berusia 5 (lima) tahun, tapi dia merengek-rengek minta diberikan uang Rp 100,000.00 untuk jajan di warung, apakah kita sebagai orang tua akan langsung mengabulkan permintaan anak itu?? Tentu tidak bukan. Karena uang Rp 100,000.00 untuk anak seusianya terlalu besar, dan terlalu banyak uang sejumlah itu bila hanya untuk jajan di warung. Begitu pula halnya dengan Allah, Tuhan yang Maha Segalanya. Dia pasti tahu apa yang terbaik bagi kita umat Nya, dan apa yang harus ditangguhkan dulu pemberiannya. Dan Insya Allah ada hikmah dibalik semua kejadian yang ada di dalam hidup ini (bila kita menyadarinya). Karena apa yang terlihat baik buat kita, belum tentu baik menurut Nya.

Terkadang memang terjadi sedikit kerancuan antara Do'a dan keinginan kita. Keinginan kita, yang kita manifestasikan dalam bentuk do'a kepada Tuhan... itu BELUM PASTI DIKABULKAN sesuai dengan keinginan kita tersebut. Karena apa? Karena Tuhan mempunyai cara sendiri tentang bagaimana Dia "menyikapi" do'a-do'a dari para manusia ini. Ada 3 (tiga) cara berbeda dalam mengabulkan do'a kita.

1. Do'a yang dikabulkan langsung
Ini adalah do'anya para Nabi dan Rasul. Setiap Nabi dan Rasul itu diberikan "fasilitas khusus" oleh Allah dengan segera mengabulkan do'a yang dimintakan kepada-Nya, karena Dia menilai para Nabi dan Rasul itu benar-benar mempunyai pikiran dan hati nurani yang suci dibandingkan dengan manusia biasa seperti kita ini. Oleh sebab itu setiap do'a Nabi maupun Rasul, pasti akan langsung dikabulkan-Nya persis sesuai dengan isi do'anya. Do'a seperti ini "bukan fasilitas buat kita", karena jika kita sebagai manusia biasa diberikan fasilitas khusus seperti ini...wah bisa sangat membahayakan seluruh umat manusia. Kita bisa "seenaknya saja" meminta sesuatu kepada Tuhan. Benar kan??

2. Do'a yang dikabulkan-Nya, tapi digantikan dengan yang lebih baik:
Inilah fasilitas do'a bagi kita manusia biasa. Ingatlah bahwa apa yang kelihatan baik buat kita, mungkin belum tentu baik menurut Nya. Allah jelas lebih tahu segala sesuatu yang lebih baik dan bermanfaat bagi kita. Oleh sebab itu, do'a yang kita panjatkan kepada Nya, kadangkala digantikan oleh-Nya dengan yang lebih baik bagi kita yang berdo'a. Misalnya, mungkin saja Anda berdo'a meminta rejeki materi yang banyak, ternyata do'a Anda itu digantikan-Nya dengan cara menyelamatkan "nyawa" Anda dari sebuah kecelakaan maut, sehingga Anda tetap segar bugar dan sehat sampai sekarang ini. Do'a Anda tetap dikabulkan, tetapi itu digantikan oleh Allah dengan yang lebih baik untuk kehidupan Anda.
Ingatlah untuk selalu berpositif "thinking" pada Nya.

3. Do'a yang dikabulkan-Nya, tapi masih digantungkan:
Do'a yang seperti ini juga merupakan fasilitas bagi kita. Setiap permohonan kita kepada Nya lewat do'a pasti dikabulkan. Allah sudah memberikan hasil do'a kita. Dalam hal ini, hasil do'a kita tersebut tidak langsung diberikan ke kita, tetapi masih "digantungkan di atas" kita. Manusia yang berdo'a diberikan "tugas dan kewajiban" untuk meraih hasil do'anya yang masih tergantung tersebut. Dengan kalimat lain, jika Anda berdo'a memohon rezeki materi, makaDia sudah mengabulkan do'a Anda, tetapi Dia meletakkan hasil do'a itu (rezeki materi) "di atas" Anda, sehingga Anda harus punya daya upaya sekuat tenaga untuk mengambilnya. Anda harus berjuang untuk benar-benar meraih hasil do'a yang telah ada di atas Anda itu. Itulah tugas dan kewajiban Anda. Kalau Anda sudah mau menunaikan tugas dan kewajiban Anda ini, maka barulah Anda bisa benar-benar menikmati hasil do'a Anda itu di dalam kehidupan Anda.

Memang terkadang Allah mengabulkan do'a kita dengan cara yang tidak kita mengerti sebagai seorang makhluk yang lemah, tapi yakinlah bahwa Dia pasti mengabulkan do'a kita. Yang terpenting adalah selalu ingatlah Dia, jangan hanya mengingat Nya ketika kita memerlukan kehadiran Nya saja. Padahal Dia selalu ada di setiap hela nafas yang kita hirup setiap detiknya. Bersikaplah adil kepada Nya. Bila kita ingin diperhatikan Nya, maka "perhatikan" lah dia di setiap detik kehidupan yang telah diberikan Nya untuk kita. Jangan melupakan Nya walau sedetikpun.

read more...

ISTANA PASIR

Pagi mulai beranjak siang saat Pak Tua kedatangan anaknya dari kota. Ditangan kirinya masih tersampir jala yang sedang diperbaiki. Tangan kanannya masih sibuk menelisik jelujur benang nylon, menyusuri sisi-sisi yang koyak dari jala miliknya. Sinar matahari pantai yang datang, sedikit terhalang lelaki yang tegak berdiri. Wajah Pak Tua itu pun menengadah, memandang sorot lelah dari kedua mata anaknya.

''Ada apa?'' tanyanya pelan. ''Hidupku suram, Ayah.'' Mata si anak nanar.''Usahaku baru saja gagal, dan keluargaku tak lagi membuatku bahagia.'' Sang Ayah mengerti situasi semacam ini. Segera diletakkannya jala dan kelosan benang. ''Bagaimana kalau kita berjalan-jalan di pantai? Sang Ayah berusaha tersenyum, ''Sudahlah, ayo, matahari pantai pasti akan membuatmu cerah.'' Lelaki itu menurut. Wajahnya menoleh ke samping saat sang Ayah menepuk-nepuk punggung. Ia juga berusaha tersenyum.



Pantai mulai ramai saat mereka mulai berjalan. Anak-anak bermain dengan sekop dan ember, membentuk istana-istana pasir dengan tangan mereka. Wajah-wajah yang ceria, membuat mereka tampak lebih lucu. Di sebelah kanan, ada pekik gembira dari anak lainnya yang berkejaran menantang ombak. Mereka meloncat-loncat berusaha menghindari buih yang datang dengan tiba-tiba. Kaki-kaki kecil itu membentuk tapak-tapak yang berbaris di atas pasir pantai. Matahari yang mulai terik tak lagi di hiraukan. Anak-anak itu tetap larut dengan kebahagiaan masa kecil yang hadir seakan tak akan berakhir.



Pasangan ayah dan anak itupun memperhatikan semuanya. Mata mereka tak lepas dari pemandangan yang ada disana. Namun, sang anak tetap hadir dengan tatapan yang kosong. Sang Ayah paham, ia lalu membuka suara ''Ingatkah kamu saat masih kecil dulu? Pertanyaan itu dijawab pelan, ''Ya Ayah. Kenapa?'' Tangan Ayah mengajak mereka menuju sebuah pohon nyiur. Kemudian, duduklah mereka diatas sebuah pelepah kering yang ada disana. ''Ya, tentu kamu masih ingat. Seperti anak-anak itulah kamu saat itu. Riang, gembira, dan bahagia. Tak peduli kulitmu menghitam, dan badanmu menggigil kedinginan. Kamu tetap berlari bersama ombak dan membuat istana-istana pasir.''



''Cobalah, simak mereka lebih dekat. Lihat sekeliling kita.'' Keduanya menerawang. ''Apakah udara yang kita hirup ini berbeda dengan dihirup oleh anak-anak itu? Apakah sinar matahari yang terkena di kulit kita ini tak sama dengan yang menimpa tubuh mereka? Tapi mengapa engkau begitu murung, sedangkan mereka tidak? Mengapa mereka bisa berwajah cerah sedangkan kamu tidak? Ya. Kita hidup pada matahari yang sama, udara yang sama, dan pasir yang sama, tapi mengapa ada yang bisa memandangnya dalam situasi yang berbeda?



''Lihatlah mereka. Lihat istana-istana pasir yang mereka buat. Bukankah buih-buih itu selalu melenyapkan istana-istana itu? Bukankah menara-menara pasir itu selalu tumbang dihantam ombak? Bukankah air laut selalu datang merusakkan segalanya? Tapi, apakah mereka berhenti mengayuhkan tangan untuk membangunnya kembali? Tidak. Apakah mereka menyerah untuk menyusunnya kembali? Tidak. Anak-anak itu pasti akan kembali mengumpulkan pasir dan membentuknya menjadi bangunan baru. Mereka akan terus menata, menyusun, dan mendirikan istana-istana yang baru, menara-menara yang baru, dan bangunan-bangunan yang baru.'' Air muka sang anak mulai cerah. Ayah melanjutkan, ''Ayolah, kembalikan ingatan masa kecilmu. Buat kembali istana-istana dan menara-menaramu kembali...''



Mereka tersenyum. Mereka mulai menyusuri pantai kembali. Mereka mungkin tak lagi muda, tapi lihatlah, keduanya kini berkejaran bersanding dengan ombak. Langkah kaki keduanya berpacu saling bersicepat. Ah, tubuh tua itu kalah sigap. Tubuhnya kini mulai bergerak keatas, dan digendong anak lelakinya dari belakang. Keduanya tertawa lepas, dan terjatuh bersama. Tubuh mereka basah dengan air laut, wajah dan kaki mereka penuh dengan pasir. Buih-buih terlihat seperti perak yang terhampar. Keduanya tampak seperti anak-anak kecil yang ada disana. Mereka tampak bahagia.



***



Teman, dimanakah kita semua hidup? Bukankah kita punya banyak persamaan? Ya, kita menjejak pada bumi yang satu, bernaung pada langit yang sama, menghirup udara yang sama, dan mereguk air yang sama. Tapi, mengapa ada orang yang melihatnya dalam situasi yang berlainan. Mengapa ada orang-orang yang bahagia, bersandingan dengan orang yang muram, mengapa ada orang yang gembira, beriringan dengan orang yang sedih hatinya?



Saya tidak sedang membuat suatu generalisasi pada semua hal. Namun, tidakkah kita bisa mengambil sesuatu dari sana? Ada kenyataan bahwa terkadang suatu hal dipandang baik atau buruk, bukan karena penampakannya. Tapi, kita menciptakan sesuatu itu baik atau buruk, bahagia atau tidak bahagia dari pikiran kita sendiri. Pikiran kita sendirilah yang kadang mencuri bahagia yang Allah berikan. Benak kita sendirilah yang kerap menyorongkan kesedihan yang berlarut.



Saya sering merasa iri kepada anak-anak menyusun istana pasir di pinggir pantai. Mereka tak pernah lelah. Mereka tak pernah berhenti mencipta. Tawa mereka selalu merekah, binar mata mereka tak pernah hilang dari wajah. Buih, terik matahari, ombak dan air laut, tak pernah dihiraukan. Semua itu tak akan membuat mereka jeri untuk membuat istana-menara-dan-bangunan pasir. Mereka baru berhenti saat senja menjelang, atau saat orangtua mereka memanggil. Tidakkah kita bisa mengambil sesuatu dari sana?



Teman, cobalah bangkitkan ingatan masa kecil kita saat kita merasa sedih. Jadilah mereka yang selalu optimis memandang hidup, yang selalu memenuhi hari-hari dengan rasa bahagia. Jadilah mereka yang tak pernah lelah menyusun dan mencipta istana-istana pasir di pinggir pantai. Jadilah mereka yang bisa tersenyum gembira, bermain bersama buih, berkejaran bersama ombak, bercengkrama bersama hewan-hewan kecil dan daun-daun. Tidakkah kita bisa mengambil sesuatu dari sana?

read more...